Walet, sudah ada Sejak Zaman Daendels

Pantai utara Pulau Jawa atau yang populer dengan istilah pantura (pantai utara) yang dahulu menjadi pusat perekonomian di Pulau Jawa sebenarnya merupakan cikal bakal berdirinya bangunan rumah walet di Indonesia. Pada masa Gubernur Jenderal Daendels berkuasa (1808-1811), bangunan rumah walet sudah berkembang cukup pesat dan terbesar luas di kawasan tersebut dan sarang walet sudah dikenal sebagai komoditas perdagangan. Saat itu, sudah banyak rumah yang berukuran relatif besar dan tinggi. Kondisi rumah seperti inilah yang  diminati dan banyak dimasuki walet sebagai habitat alternatif. Pasalnya, kondisi bangunan rumah tersebut mempunyai ruangan yang cukup luas untuk terbang berputar-putar bagi walet.

    Di hamper semua daerah di pantai utara Pulau Jawa, mulai timur sampai barat, terdapat rumah-rumah walet. Rumah Walet ini banyak tersebar di sekitar  Pasuruan, Gresik, Tuban (Jawa Timur);Lasem, Blora, Cepu, Semarang, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Brebes, dan Rembang (Jawa Tengah); Cirebon, Indramayu, Karawang, dan Cikampek (Jawa Barat); Pandeglang, Serang, Labuhan, dan Tangerang (Banten). Bahkan, tidak jarang satu orang bisa memiliki lebih dari 10 buah rumah walet.

    Saat ini, bangunan rumah walet semakin tersebar luas dan daerah sebarannya sampai ke Pulau Jawa bagian selatan. Contohnya di Tulungagung, Jawa Timur, banyak bangunan rumah walet yang lokasinya dekat dengan pantai selatan.  Bangunan rumah walet yang ada di daerah tersebut termasuk salah satu penghasil sarang terbesar di Pulau Jawa. Selain Tulungagung, ada enam Kabupaten lagi yang anggap sebagai penghasil sarang walet terbesar, yakni Tuban, Bojonegoro, Lamongan, Pasuruan, Gresik, dan Bangkalan (Madura). Bisa dikatakan, saat ini Jawa Timur merupakan sentra produksi sarang walet rumahan.

    Kota Gresik yang dulu merupakan salah satu daerah penghasil sarang walet terbesar sekarang produksinya sudah merosot draktis. Sebelum kawasan industri berdiri dan cerobong-cerobong asap bermunculan, bangunan rumah walet di sana cukup banyak. Asap pabrik dan polusi udara menyebabkan walet merasa gerah dan tidak betah tinggal. Pencemaran udara juga bisa mengakibatkan udara menjadi kering sehingga berpengaruh terhadap keringnya kelenjar saliva yang merupakan sumber air liur walet. Keringnya kelenjar saliva bisa  menyebabkan air liur  yang dihasilkan walet  mengkristal dan dapat menyebabkan kematian bagi walet. Sekarang bangunan rumah walet yang ada di Gresik sudah bergeser ke daerah pinggiran, seperti di Sedayu dan Ujung Pangkah. Hal ini  disebabkan di kedua daerah ini masih banyak areal persawahan yang menjadi habitat serangga-serangga kecil pakan walet