Produsen dan Eksportir Terbesar Sarang Walet

Data mengenai jumlah bangunan rumah walet yang terbesar di seluruh Pulau Jawa belum bisa diungkapkan. Sebagai gambaran, di Jawa Timur saja bangunan rumah walet sudah ribuan jumlahnya, baik yang sudah menghasilkan maupun yang belum menghasilkan sarang walet. Bukan tidak mungkin jumlah bangunan yang ada di Pulau Jawa, Khususnya Jawa Timur,  semakin meningkat, sehingga semakin meramaikan kancah budi daya walet rumahan di Indonesia.

    Dari tahun ke tahun harga komoditas “emas putih” ini cenderung naik dan tidak pernah turun. Hal ini sangat berkaitan dengan meningkatnya jumlah permintaan tanpa diimbangi dengan hasil  produksi yang stabil. Padahal, bisnis sarang walet di Indonesia sampai saat ini  masih termasuk cerah. Ekspor komoditas ini sudah mampu menjangkau beberapa Negara. Selama ini, Hong Kong tampil sebagai salah satu importir terbesar sarang walet di dunia. Di Hong Kong, sarang walet merupakan komoditas yang sangat digemari. Sarang walet yang dimanfaatkan di Hong Kong hanya sekitar 10%  dari total ekspor. Selebihnya, diekspor kembali (direekspor) ke beberapa Negara, seperti Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, Kanada, Taiwan, dan Jepang.

    Sampai saat ini Indonesia merupakan produsen dan eksprotir terbesar sarang walet di dunia. Bahkan , 50.000-90.000 kg setiap tahun atau sekitar 80% total produksi sarang walet dunia masih dikuasai Indonesia. Namun, besarnya volume ekspor sarang walet belum tercatat secara pasti. Hal ini disebabkan banyaknya sarang walet yang diperdagangkan langsung ke Negara importer tanpa melalui izin ekspor dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelesatarian Alam (PHPA) serta dilengkapi surat pemberitahuan ekspor barang dan surat karantina. Penjualan sarang walet langsung ke Negara importer bisa dilakukan dengan menggunakan koper yang diletakkan di dalam bagasi pesawat. Cara perdagangan sarang walet seperti ini membuat Indonesia dinilai sebagai  pelaksana Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES)  terburuk.

    Produksi sarang walet di Indonesia umumnya tidak seragam. Pada musim penghujan jumlah sarang walet yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan dengan musim kemarau. Hal ini disebabkan produksi air liur ditentukan oleh pakan yang tersedia. Pada musim penghujan, ketersediaan pakan walet cukup berlimpah. Dengan ketersediaan pakan yang cukup, tubuh walet lebih terangsang untuk memproduksi air liur, kawin, dan bertelur, sehingga produksi sarang dan masa bertelur akan berlangsung lebih cepat. Dengan demikian, secara alamiah, musim penghujan merupakan waktu yang tepat bagi walet untuk berkembang biak.