Perawatan anak burung walet oleh induk asuh

Telur walet biasanya akan menetas 15-21 hari setelah dierami sriti. Saat telur menetas sangat tergantung dari kondisi atau umur telur ketika ditempatkan di sarang sriti. Jika telur walet masih berumur nol hari (baru diambil dari sarang walet) dan kondisinya masih muda, biasanya akan menetas setelah 21 hari. Namun, jika telur walet sudah berumur  lebih dari satu hari diambil dari mesin tetas (tua),  akan menetas kurang dari 21 hari. Setelah telur walet dimasukkan ke dalam sarang sriti, setiap satu minggu sekali harus dikontrol. Jika pada minggu pertama ditemukan telur yang rusak, retak, atau pecah, telur itu harus segera diganti dengan telur walet yang baru umurnya sama dengan yang diganti. Telur yang berumur sama bisa diperoleh dari pedagang atau pengepul telur walet yang ada di sekitar lokasi bangunan gedung walet.

Ketika telur sudah memasuki masa tetas, pelaku budi daya kembali harus mengontrolnya. Jika di sarang sriti hanya ditemukan satu butir telur walet yang menetas, pembudi daya bisa menggantin telur walet yang tidak menetas dengan piyik walet. Harus diusahakan piyik pengganti ini umurnya sam dengan piyik yang baru menetas. Penggantian piyik walet ini disebut tambal sulam.

Setelah anak walet menetas, induk sriti masih melanjutkan tugasnya untuk merawat dan memelihara “anak asuhnya” sampai piyik walet menginjak remaja, serta mampu terbang dan mencari makan sendiri.  Pelaku budi daya walet tidak perlu mencampuri kehidupan anak walet yang baru menetas sampai dewasa. Namun, harus mengontrol kondisi dalam ruangan (habitat mikro) bangunan rumah walet.

Dalam merawat anak walet, induk sriti memberikan pakan dengan cara menyuapinya. Dari mana makanan anak walet didapatkan? Induk sriti mencari makanan di areal  terbuka atau di areal persawahan dengan cara terbang. Pakan yang didapatkan kemudian dikumpulkan di mulut si induk.

Setelah mulutnya penuh, ia akan kembali ke sarangnya dan memberikan makanan yang disimpan di mulutnya kepada anaknya dengan cara dimuntahkan (disuapkan) ke mulut “anak asuhnya”.