Faktor yang mempengaruhi proses Penetasan telur walet

Telur walet yang gagal menetas biasanya merupakan akibat kegagalan embrio. Hal ini bisa disebabkan oleh induk walet, kondisi telur tetas, bobot telur tetas, posisi atau penempatan telur tetas, mesin tetas, dan pengelolaan mesin tetas.

a.    Induk Walet
    Pola makan atau asupan pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan induk walet akan berpengaruh terhadap kualitas telur dan perkembangan embrio telur yang dihasilkan. Pasalnya, kebutuhan pakan yang tidak memadai ini bisa menurunkan daya tetas telur. Kekurangan pakan induk walet biasanya terjadi pada saat musim kemarau, saat ketersediaan serangga-serangga kecil berkurang.

b.    Kondisi Telur Tetas
    Kondisi telur yang akan ditetaskan akan berkaitan dengan umur dan penampilan fisiknya. Jika umu telur walet yang akan ditetaskan terlalu tua (telur diambil setelah beberapa hari di sarang), daya tetas rendah dan resiko kematian embrio cukup tinggi dibandingkan dengan telur  umur muda (telur yang baru diambil dari sarangnya).
    Telur yang terlalu lama disimpan di luar mesin tetas juga bisa menyebabkan kematian embrio. Ada juga yang embrionya tidak sampai mati, tetapi perkembangannya tidak sempurna. Hal ini disebabkan penyimpanan telur walet di luar mesin tetas tidak sesuai dengan perkembangan embrio dibandingkan dengan di mesin tetas atau disarang induknya. Jika tampilan fisik telur ada yang tidak normal, seperti kerabang telur retak dan bentuk telur tidak beraturan, daya tetas telur rendah.

c.    Bobot Telur Tetas
    Bobot telur normal sekitar 5,5-6 gram. Jika telur dimasukkan secara bersamaan ke mesin tetas dengan bobot seragam (hampir sama), waktu menetasnya cenderung sama. Demikian pula sebaliknya, jika bobot telur tidak seragam, hari tetas telur juga tidak bisa seragam.

d.    Penempatan Telur Tetas
    Telur harus diletakkan di dalam mesin tetas dengan posisi bagian kantung udara (bagian yang tumpul) berada dibagian atas. Penempatan telur yang salah bisa mengakibatkan perkembangan embrio terhenti, bahkan bisa menyebabkan kematian embrio.

e.    Kondisi Mesin Tetas
    Kondisi mesin tetas ini berkaitan dengan keadaan suhu dan kelembapan. Jika suhu yang ada di dalam mesin tetas tidak sesuai dengan anjuran  (35-37o C) dan kelembapannya kurang dari 80%, persentase telur yang akan menetas cenderung rendah.

f.    Pengelolaan Mesin Tetas
    Pengelolaan ini berkaitan dengan perawatan dan pengontrolan mesin tetas. Untuk menjaga keberhasilan penetasan telur tetap stabil, mesin tetas harus selalu bersih dan sarana atau alat penunjangnya berjalan normal. Jika bola lampu mesin tetas ada yang mati, harus secepatnya diganti. Demikian juga jika air di nampan yang digunakan untuk mengatur kelembapan habis atau berkurang, sebaiknya segera ditambah air baru. Di samping itu, thermometer yang tidak berfungsi normal harus segera diganti.